Sabtu, 05 Juli 2014

ASYBAH WA AN-NADHOIR IMAM AS-SUYUTHIY : PEMBAGIAN KUFUR DAN AHLI BID'AH / KUFURNYA MUJASSIM



قال الإمام عبد الرحمن بن أبي بكر، جلال الدين السيوطي (المتوفى: 911هـ) فى الأشباه والنظائر ص. ٢٧٣

Imam Jalaluddin as-Suyuthiy dalam kitabnya Al-Asybah wa an-Nadhoir hal 273 mengatakan :

[كِتَابُ الرِّدَّةِ]
قَالَ النَّوَوِيُّ فِي تَهْذِيبِهِ: الْكُفْرُ أَرْبَعَةُ أَنْوَاعٍ، كُفْرُ إنْكَارٍ، وَكُفْرُ جُحُودٍ، وَكُفْرُ عِنَادٍ، وَكُفْرُ نِفَاقٍ. مَنْ أَتَى اللَّهَ بِوَاحِدٍ مِنْهَا لَا يُغْفَرُ لَهُ، وَلَا يُخْرَجُ مِنْ النَّارِ.

KITAB RIDDAH

Imam an-Nawawi dalam kitab Tahdzibnya mengatakan : Kufur itu ada 4 macam , 1. Kufur Ingkar , 2. Kufur Juhud , 3. Kufur 'Inad , dan 4. Kufur Nifaq , Barang siapa datang kepada Allah dengan membawa satu dari 4 tersebut maka tidak diampuni dan tidak dikeluarkan dari neraka

قَاعِدَةٌ:
قَالَ الشَّافِعِيُّ: لَا يُكَفَّرُ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ، وَاسْتُثْنِيَ مِنْ ذَلِكَ: الْمُجَسِّمُ، وَمُنْكِرُ عِلْمِ الْجُزْئِيَّاتِ. وَقَالَ بَعْضُهُمْ: الْمُبْتَدِعَةُ أَقْسَامٌ:
الْأَوَّلُ: مَا نُكَفِّرُهُ قَطْعًا، كَقَاذِفِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا وَمُنْكِرِ عِلْمِ الْجُزْئِيَّاتِ، وَحَشْرِ الْأَجْسَادِ، وَالْمُجَسِّمَةِ، وَالْقَائِلِ بِقِدَمِ الْعَالَمِ.
الثَّانِي: مَا لَا نُكَفِّرُهُ قَطْعًا، كَالْقَائِلِ بِتَفْضِيلِ الْمَلَائِكَةِ عَلَى الْأَنْبِيَاءِ، وَعَلِيٍّ عَلَى أَبِي بَكْرٍ.
الثَّالِثُ، وَالرَّابِعُ: مَا فِيهِ خِلَافٌ، وَالْأَصَحُّ: التَّكْفِيرُ، أَوْ عَدَمُهُ، كَالْقَائِلِ بِخَلْقِ الْقُرْآنِ صَحَّحَ الْبُلْقِينِيُّ التَّكْفِيرَ، وَالْأَكْثَرُونَ: عَدَمَهُ. وَسباب الشَّيْخَيْنِ، صُحِّحَ الْمَحَامِلِيُّ التَّكْفِيرَ وَالْأَكْثَرُونَ عَدَمُهُ.

QO'IDAH

Imam asy-Syafi'iy berkata: Tidaklah dikafirkan seseorang dari ahli kiblat , dan dikecualikan dari tidak dikafirkannya ahlul kiblat seorang mujassim dan pengingkar sifat mengetahuinya Allah akan juz iyyat

Sebagian Ulama mengatakan: Ahli bid'ah ada beberapa bagian .

Pertama : Ahli bid'ah yang secara pasti kami kafirkan , seperti penuduh zina 'Aisyah radliya Allahu 'anha , pengingkar sifat mengetahuinya Allah akan juz iyyat , pengingkar digiringnya jasad-jasad manusia pada hari kiamat , mujassimah dan orang yang berpendapat dahulu(tanpa permulaan)nya alam semesta

Kedua : Ahli bid'ah yang secara pasti tidak kami kafirkan , seperti orang yang berpendapat akan lebih utamanya Malaikat di banding para Nabi dan orang yang berpendapat bahwa 'Ali bin Abu Tholib lebih utama daripada Abu Bakar Ash-Shiddiq

Ketiga dan keempat : Ahli bid'ah yang diperselisihkan , yang lebih shohih dikafirkan atau tidak dikafirkan , seperti orang yang berpendapat kemakhlukan Al-Qur an , Imam al-Bulqiniy menshohihkan kekafirannya sedangkan mayoras 'Ulama tidak mengkafirkannya dan seperti mencela Syaikhoini (shahabat Abu Bakar ash-shiddiq radliya Allahu 'anh dan 'Umar bin al-Khoththob radliya Allahu 'anh) Imam al-Mahamiliy menshohihkan kekafirannya sedangkan mayoritas 'ulama tidak mengkafirkannya.

ضَابِطٌ:
مُنْكِرُ الْمُجْمَعِ عَلَيْهِ أَقْسَامٌ:
أَحَدُهَا: مَا نُكَفِّرُهُ قَطْعًا، وَهُوَ مَا فِيهِ نَصٌّ، وَعُلِمَ مِنْ الدِّينِ بِالضَّرُورَةِ، بِأَنْ كَانَ مِنْ أُمُورِ الْإِسْلَامِ الظَّاهِرَة، الَّتِي يَشْتَرِكُ فِي مَعْرِفَتهَا الْخَوَاصُّ وَالْعَوَامُّ. كَالصَّلَاةِ، وَالزَّكَاةِ وَالصَّوْمِ، وَالْحَجِّ، وَتَحْرِيم الزِّنَا، وَنَحْوِهِ.
الثَّانِي: مَا لَا نُكَفِّرُهُ قَطْعًا، وَهُوَ مَا لَا يَعْرِفُهُ إلَّا الْخَوَاصُّ، وَلَا نَصَّ فِيهِ: كَفَسَادِ الْحَجِّ بِالْجِمَاعِ قَبْل الْوُقُوفِ.
الثَّالِثُ: مَا نُكَفِّرُ بِهِ عَلَى الْأَصَحِّ، وَهُوَ الْمَشْهُورُ وَالْمَنْصُوصُ عَلَي الَّذِي لَمْ يَبْلُغْ رُتْبَةَ الضَّرُورَةِ، كَحِلِّ الْبَيْعِ، وَكَذَا  فى غَيْر الْمَنْصُوصِ. عَلَى مَا صَحَّحَهُ النَّوَوِيُّ.
الرَّابِعُ: مَا لَا نُكَفِّرُهُ عَلَى الْأَصَحّ، وَهُوَ مَا فِيهِ نَصٌّ. لَكِنَّهُ خَفِيٌّ، غَيْرُ مَشْهُورٍ، كَاسْتِحْقَاقِ بِنْتِ الِابْنِ السُّدُسَ، مَعَ بِنْتِ الصُّلْبِ.

Dlobith : Pengingkar mujma' alaih (perkara yang disepakati para ulama) dibagi menjadi beberapa bagian:

Pertama : Perkara yang kami mengkafirkan pengingkarnya secara pasti , yaitu perkara yang ada nash nya dan diketahui dari agama secara dlorurot yaitu dengan adanya perkara tersebut adalah termasuk perkara-perkara / urusan-urusan agama islam yang dhohir (tampak) yang mana orang khusus dan orang awam sama-sama mengetahuinya seperti sholat , zakat , puasa , haji haramnya zina dan semisalnya.

Kedua : Perkara yang kami tidak mengkafirkan pengingkarnya secara pasti , yaitu perkara yang tidak diketahui kecuali oleh orang-orang khusus dan tidak ada nash dalam masalah itu seperti masalah rusaknya ibadah hajji karena sebab jimak sebelum wukuf.

Ketiga : Perkara yang kami mengkafirkan pengingkarnya menurut qoul yang lebh shohih yaitu perkara yang masyhur dan ada nashnya akan tetapi perkara tersebut tidak sampai pada derajat maklum bi-dldlorurot seperti halalnya jual-beli , begitu pula pada perkara tersebut yang tidak ada nashnya menurut qoul yang dishohihkan Imam An-Nawawiy.

Keempat : Perkara yang kami tidak mengkafirkannya 'alal ashohh yaitu perkara yang ada nashnya tetapi samar lagi tidak masyhur seperti masalah berhaknya anak perempuannya anak laki-laki mendapatkan seperenam bersama anak perempuan shulbi

ضَابِطٌ:
كُلُّ مَنْ صَحَّ إسْلَامُهُ، صَحَّتْ رِدَّتُهُ جَزْمًا، إلَّا الصَّبِيَّ الْمُمَيِّزَ، إسْلَامُهُ صَحِيحٌ عَلَى وَجْهٍ مُرَجَّحِ، وَلَا تصلح رِدَّتُهُ.

Dlobith : Setiap orang yang sah islamnya maka sah pula murtaddnya dengan pasti , kecuali anak yang sudah tamyiz , islamnya sah menurut wajah yang diunggulkan dan tidak pantas murtaddnya

قَاعِدَةٌ:
مَا كَانَ تَرْكُهُ كُفْرًا، فَفِعْلُهُ إيمَانٌ، وَمَا لَا فَلَا.

Qo'idah : Apa yang ditinggalkannya adalah kekufuran maka mengerjakannya adalah keimanan , dan apa yang tidak demikian maka tidak pula demikian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar